TIMES BLITAR, PALEMBANG – Palembang, Sumatra Selatan selain dikenal dengan kuliner khas pempek, juga memiliki warisan sejarah yang kaya. Kota ini menyimpan jejak peradaban Islam yang kuat, salah satunya melalui bangunan masjid yang telah berdiri sejak zaman kolonial.
Jika Anda tertarik dengan wisata religi dan sejarah, beberapa masjid tertua di Palembang ini wajib masuk dalam daftar kunjungan Anda.
1. Masjid Agung Palembang: Ikon Religi di Jantung Kota
Berlokasi di kawasan 19 Ilir, Masjid Agung Palembang adalah salah satu masjid terbesar dan tertua di kota ini. Berdiri di atas lahan seluas 15.400 meter persegi, masjid ini telah menjadi cagar budaya sejak 2009 dan ditetapkan sebagai masjid nasional berdasarkan keputusan Menteri Agama RI pada 2003.
Sejarahnya dimulai dari sebuah masjid yang terbakar pada 1659. Kemudian, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo membangun kembali masjid ini pada 1738, yang akhirnya diresmikan pada 1748. Awalnya, masjid ini hanya mampu menampung sekitar 1.200 jemaah, tetapi berbagai renovasi telah memperluas dan memperindahnya.
Keunikan arsitekturnya mencerminkan perpaduan budaya Indonesia, Tiongkok, dan Eropa. Atap masjid menyerupai kelenteng khas Tiongkok, sementara pintu utama mengadopsi gaya arsitektur Eropa. Menara berbentuk kerucut yang menyerupai tumpeng melambangkan hubungan spiritual antara manusia dan Tuhan. Keindahan dan nilai sejarahnya menjadikan Masjid Agung Palembang sebagai destinasi wisata religi yang menarik.
2. Masjid Suro: Warisan Perjuangan dan Dakwah Islam
Masjid Suro atau Masjid Besar Al-Mahmudiyah Palembang didirikan oleh KH Abdurrahman Delamat pada 1889. (FOTO: @potretpalembang/Instagram)
Terletak di Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Masjid Suro atau Masjid Besar Al-Mahmudiyah memiliki sejarah panjang yang sarat perjuangan. Didirikan oleh KH Abdurrahman Delamat pada 1889 dan rampung dua tahun kemudian, masjid ini awalnya berfungsi sebagai pusat pendidikan Islam. Namun, kolonial Belanda khawatir terhadap perkembangan dakwah di masjid ini, sehingga aktivitas keagamaan sempat dilarang, bahkan bangunannya dihancurkan.
Setelah mengalami berbagai hambatan, masjid ini kembali berdiri pada 1920 dengan mempertahankan beberapa elemen asli seperti tiang penyangga dari kayu, kolam wudhu, beduk, serta mimbar kuno. Selain itu, makam pendirinya, KH Abdurrahman Delamat, juga berada di dalam kompleks masjid, menjadikannya tempat ziarah bagi umat Islam yang ingin mengenang perjuangan dakwah beliau.
3. Masjid Ki Marogan: Sejarah dan Keistimewaan di Pinggiran Sungai Musi
Masjid Ki Marogan, yang berlokasi di Jalan Kiai Marogan, Kelurahan I Ulu, Kertapati, dibangun pada 1871.Masjid ini berlokasi di pertemuan Sungai Ogan dan Sungai Musi. (FOTO: mapio.net)
Masjid Ki Marogan, yang berlokasi di Jalan Kiai Marogan, Kelurahan I Ulu, Kertapati, dibangun pada 1871 oleh seorang ulama terkemuka, Ki Marogan. Nama aslinya adalah Masjid Jami Kiai Abdul Hamid bin Mahmud, tetapi masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Masjid Ki Marogan.
Berlokasi di pertemuan Sungai Ogan dan Sungai Musi, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan pada masanya. Salah satu murid Ki Marogan yang terkenal adalah KH Abdurrahman Delamat, pendiri Masjid Suro. Seiring bertambahnya jemaah, masjid ini mengalami beberapa renovasi, termasuk perubahan kubah dan perbaikan lantai serta jendela.
Masjid Ki Marogan pernah menghadapi ancaman penggusuran karena lokasinya yang strategis. Pada 1911, pemerintah kolonial Belanda mengambil sebagian tanahnya untuk perluasan stasiun kereta api. Begitu pula saat pendalaman Sungai Musi pada masa pendudukan Jepang, serta eksploitasi batu bara pada 1943–1980 yang menyebabkan erosi di sekitarnya. Namun, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, bantuan dana diberikan untuk menyelamatkan masjid ini.
Kini, Masjid Ki Marogan menjadi tujuan wisata religi yang ramai dikunjungi, tidak hanya oleh warga Palembang, tetapi juga dari kota-kota lain seperti Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Jawa. Makam Ki Marogan yang berada di dalam kompleks masjid juga menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi.
Dengan mengunjungi masjid-masjid bersejarah ini, Anda tidak hanya menikmati keindahan arsitektur dan suasana religiusnya, tetapi juga bisa belajar lebih dalam tentang peran Islam dalam sejarah Palembang. Wisata religi di kota ini menawarkan pengalaman yang tak hanya menenangkan hati, tetapi juga memperkaya wawasan. Jadi, sudah siap menjelajahi jejak spiritual di Bumi Sriwijaya? (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wisata Religi di Palembang: Menelusuri Masjid Bersejarah di Bumi Sriwijaya
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |