TIMES BLITAR, BIAK – Pulau Owi, terhampar dalam kemilau biru lautan dan balutan pasir halus, lebih dari sekadar pemandangan tropis yang menawan. Dibalik keanggunan alamnya, pulau ini memendam narasi bersejarah yang mendebarkan dari era Perang Dunia II—kisah yang masih menggema hingga hari ini.
Pada sekitar akhir Mei 1944, pulau ini berubah wujud, menjadi pangkalan vital Angkatan Udara Sekutu di bawah kepemimpinan sang Jenderal legendaris, Douglas MacArthur.
Pulau Owi pun menjelma sebagai poros utama dalam operasi militer di kawasan Pasifik, suatu latar yang kini menjadi perhatian tim Balai Arkeologi Papua untuk ekspedisi pengungkapan lapisan-lapisan masa lalunya.
Penyelidikan tim arkeolog telah menguak jejak-jejak sejarah, termasuk struktur yang diduga kuat sebagai dasar dari rumah sakit lapangan perang, dimana setiap batu dan ruang yang tersisa—memanjang 20 meter dan melebar 5 meter—membisikkan cerita dari peristiwa lalu.
Pulau seluas 820 hektar ini kini dibanjiri rutinitas para nelayan lokal, yang sambil berjuang demi nafkah, bertindak sebagai penjaga kisah-kisah bersejarah. Gua-gua yang ada di pulau waktu itu menjadi saksi perlindungan pasukan Dai Nippon dari Jepang, sekaligus memperkaya pulau ini sebagai situs potensial bagi mata arkeologis.
Ketika langkah membawa ke sudut-sudut Pulau Owi, wisatawan tak hanya disuguhi keindahan alami yang menakjubkan, tapi juga reruntuhan landasan pacu pesawat—kini terselimuti semak dan tumbuhan lebat—seolah riwayat pertempuran Sekutu melawan Jepang yang terjadi sekitar 70 tahun lalu masih terasa napasnya.
Tim peneliti berkeinginan agar pengungkapan latar belakang Pulau Owi ini akan menginspirasi keterjagaan kolektif terhadap pemeliharaan warisan budaya. Hasil riset yang terkumpul dalam buku ini diharapkan berdiri sebagai warisan ilmu untuk generasi yang akan datang, sketsa sejarah yang tak terhapus oleh waktu.
Menapaki jejak masa lalu di Pulau Owi lebih dari sekadar mengamati reruntuhan; ini adalah perjalanan introspeksi, memahami bagaimana konflik sejarah mengukir jati diri suatu tempat. Pulau ini, dengan pelajaran sejarah yang terukir, tak hanya menyuguhkan indahnya panorama tetapi juga membangunkan apresiasi kita terhadap nilai-nilai yang wajib kita kenang dan lestarikan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pulau Owi, Pesona Tersembunyi dan Warisan Sejarah Perang Dunia II
Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |