https://blitar.times.co.id/
Berita

Israel Siap Kerahkan 60 Ribu Tentara Cadangan untuk Gempur Gaza

Kamis, 21 Agustus 2025 - 13:16
Israel Siap Kerahkan 60 Ribu Tentara Cadangan untuk Gempur Gaza Tenda-tenda yang menampung para pengungsi Palestina di kota Gaza. Wilayah ini akan digempur Israel.(FOTO: Arab News/AFP)

TIMES BLITAR, JAKARTAIsrael akan mengerahkan setidaknya 60.000 tentara cadangannya untuk menggempur Kota Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Katz juga telah menyetujui rencana penaklukan Kota Gaza itu pada Rabu (20/8/2025) serta mengizinkan pemanggilan sekitar 60.000 pasukan cadangan untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas, namun para mediator mendesak gencatan senjata. 

Israel telah membunuh 62.064 warga Palestina, sebagian besar adalah  warga sipil terutama wanita dan anak-anak sejak melakukan pembalasan atas serangan Hamas.

Dilansir Arab News, seorang pejabat militer Israel mengatakan, para jenderal tinggi negara itu telah menyetujui rencana untuk memanggil puluhan ribu tentara cadangan guna memulai fase baru operasi di Gaza.

"Pemberitahuan panggilan tugas bisa dikirimkan dalam beberapa hari mendatang, dan para prajurit cadangan itu akan melapor bertugas pada bulan September," kata pejabat militer tersebut.

Meski demikian banyak penduduk Palestina memilih akan tetap tinggal meskipun ada bahaya, karena khawatir tidak ada tempat yang aman di wilayah yang menghadapi kekurangan makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya.

Pemanggilan pasukan cadangan militer tambahan merupakan bagian dari rencana yang disetujui Menteri Pertahanan Israel Katz untuk memulai fase baru operasi di beberapa wilayah terpadat di Gaza, ungkap militer.

Rencana tersebut, yang diperkirakan akan mendapatkan persetujuan akhir dari kepala staf dalam beberapa hari mendatang, juga mencakup perpanjangan masa tugas 20.000 prajurit cadangan tambahan yang selama ini sudah bertugas aktif.

Di negara berpenduduk kurang dari 10 juta jiwa, pemanggilan pasukan cadangan ini merupakan yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir dan memiliki bobot ekonomi serta politik.

Pemanggilan ini terjadi beberapa hari setelah jutaan warga Israel berunjuk rasa menuntut gencatan senjata. Sementara para negosiator berjuang keras agar Israel dan Hamas sepakat untuk mengakhiri pertempuran selama 22 bulan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga memperingatkan bahwa serangan yang diperluas akan bisa memperdalam krisis di Jalur Gaza, dimana sebagian besar dari sekitar 2 juta penduduknya telah mengungsi, banyak wilayah telah hancur menjadi puing-puing, dan penduduknya menghadapi ancaman kelaparan.

Seorang pejabat militer Israel, yang berbicara dengan syarat anonim sesuai dengan peraturan militer mengatakan, pasukan akan beroperasi di beberapa wilayah Kota Gaza yang belum dikerahkan dan di mana Israel yakin Hamas masih aktif.

Pasukan Israel di lingkungan Zeitoun di kota itu dan di Jabaliya, sebuah kamp pengungsi di Jalur Gaza utara, sudah mempersiapkan landasan untuk operasi yang diperluas, yang akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.

Meskipun jadwalnya tidak jelas, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Rabu bahwa Netanyahu telah memerintahkan agar jadwal ... dipersingkat untuk melancarkan serangan.

Pejabat itu menambahkan, kota Gaza adalah basis militer dan pemerintahan Hamas, dan salah satu tempat perlindungan terakhir di Jalur Gaza utara, tempat ratusan ribu orang berlindung. Pasukan Israel akan menargetkan jaringan terowongan bawah tanah Hamas yang luas di sana.

"Meskipun Israel telah menargetkan dan membunuh sebagian besar pimpinan senior Hamas, sebagian Hamas secara aktif berkumpul kembali dan melakukan serangan, termasuk meluncurkan roket ke Israel," kata pejabat itu.

Netanyahu mengatakan tujuan perang adalah untuk menjamin pembebasan sandera yang tersisa dan memastikan bahwa Hamas dan militan lain tidak akan pernah lagi mengancam Israel.

Serangan yang direncanakan, diumumkan awal bulan ini, terjadi di tengah meningkatnya kecaman internasional terhadap pembatasan Israel terhadap makanan dan obat-obatan yang mencapai Gaza dan kekhawatiran bahwa banyak warga Palestina akan terpaksa mengungsi.

"Sangat jelas bahwa hal ini hanya akan menciptakan perpindahan massal lagi bagi orang-orang yang telah mengungsi berulang kali sejak fase konflik ini dimulai," ujar juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Stephane Dujarric kepada para wartawan.

Para jurnalis Associated Press melihat sekelompok kecil orang bergerak ke selatan dari kota itu minggu ini, tetapi belum jelas berapa banyak lagi yang akan mengungsi secara sukarela.

Beberapa mengatakan mereka akan menunggu perkembangan selanjutnya, dan banyak yang bersikeras bahwa tidak ada tempat yang aman dari serangan udara.

Tidak Bermoral

Al Jazeera melansir, bahwa  Benjamin  Netanyahu disebut-sebut media internasiobal sebagai politisi yang tidak bermoral dan tentaranya sedang terkuras di Gaza.

Surat kabar internasional meliput perkembangan perang di Jalur Gaza, beberapa mengatakan tentara Israel telah kelelahan, sementara yang lain mengatakan, bauwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional, telah menjadi model politik korup yang tidak bermoral.

Dalam sebuah artikel di Yedioth Ahronoth, Sefer Blocker berpendapat, bahwa Netanyahu telah menjadi simbol politik yang korup, arogan, dan tidak etis, dan mencatat bahwa ratusan ribu orang Israel turun ke jalan untuk menuntut pemecatannya dari jabatan.

The Times juga melaporkan bahwa tentara Israel mengalami kekurangan personel yang parah karena sangat bergantung pada tentara cadangan, dan mencatat bahwa krisis ini semakin parah setelah kaum Yahudi ultra-Ortodoks menolak untuk bergabung dengan militer.

Surat kabar itu merujuk pada laporan bahwa tentara Israel berusaha mengisi kekurangan ini dengan merekrut sukarelawan dari komunitas Yahudi di luar negeri, khususnya di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Prancis .

The Jerusalem Post menerbitkan sebuah artikel karya Osnat Korach, CEO Shamir Medical Center yang menyatakan bahwa Israel sedang menghadapi apa yang disebutnya "pandemi trauma nasional".

Ia menjelaskan bahwa dampak perang "termasuk penderitaan tersembunyi yang dialami oleh para prajurit yang kembali dengan tubuh yang sehat tetapi pikiran yang dipenuhi trauma."

Penulis percaya bahwa menghadapi krisis ini "memerlukan pengakuan publik dan investasi serius dalam pengobatan," memperingatkan bahwa diam tidak akan menyelesaikan dilema ini.

Dalam konteks terkait, Ahmed Kamal Genena, kepala departemen Bahasa Inggris di Universitas Al-Aqsa di Gaza, menulis artikel untuk The Guardian yang menyatakan bahwa ia menulis dalam keadaan sangat lapar sehingga tidak dapat berpikir jernih, dan bahwa "sulit untuk tetap waspada ketika tubuh kurus dan dehidrasi."

"Sebagai peneliti, kita seharusnya menanamkan pemikiran yang membebaskan pada siswa, tetapi ketika realitas sehari-hari kita adalah kelaparan, kesedihan, dan tunawisma, kita mulai bertanya-tanya apakah kita masih memenuhi peran tersebut," tambah penulis.

Kini, Benjamin bersiap akan menggempur kota Gaza yang berpenduduk 2 juta jiwa itu dengan mengerahkan tambahan pasukan cadangan sebanyak 60.000 personel. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Blitar just now

Welcome to TIMES Blitar

TIMES Blitar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.