TIMES BLITAR, PACITAN – Sebanyak 88 warga Kabupaten Pacitan terdiagnosis Tuberkulosis (TBC) sejak Januari hingga Maret 2025. Mereka masih menjalani pengobatan jalan.
Proses kesembuhan minimal enam bulan. Sementara itu, anggaran untuk penanganan penyakit menular ini Rp150 juta.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Pacitan, drg. Nur Farida, tak menampik ada kendala dalam upaya pencegahan. Masyarakat yang kontak erat dengan pasien positif sulit diperiksa. "Alasannya klasik, mereka merasa sehat. Padahal, risiko tertularnya tinggi," katanya, Senin (24/3/2025).
Masalah lain datang dari pasien itu sendiri. Efek samping obat membuat sebagian dari mereka enggan melanjutkan pengobatan.
"Obatnya bisa menyebabkan mual, muntah, dan pusing. Banyak yang baru dua minggu sudah menyerah," ujar dia.
Mayoritas pasien yang terinfeksi TBC berada di usia produktif. Penyebarannya tak lepas dari faktor lingkungan. "Sirkulasi udara buruk, rumah minim sinar matahari, dan kontak dengan penderita menjadi pemicu utama," ujar Nur.
Dinas Kesehatan terus menjaring pasien bergejala dan memeriksa kontak erat penderita. "Ini program rutin. Anggarannya ada, tapi ya begitu, harus cukup untuk semuanya," kata Nur.
TBC adalah penyakit menular dengan risiko tinggi. Tanpa anggaran memadai dan kesadaran masyarakat, penanganannya bisa jalan di tempat.
Program penanganan TBC di Pacitan banyak bergantung pada The Global Fund, lembaga keuangan internasional yang mendanai edukasi dan operasional petugas kesehatan.
Setiap tahun, Dinkes memperbarui Memorandum of Understanding (MoU) agar program tetap berjalan.
Dukungan dari The Global Fund telah berlangsung selama lima tahun. Sementara itu, APBD Pacitan masih belum memberi perhatian khusus pada penyakit ini.
"Tidak ada pos anggaran khusus. Biayanya diambil dari perjalanan dinas dan sosialisasi. Itu pun tergantung mana yang dianggap paling mendesak," jelas Nur Farida saat ditemui di Dinkes Pacitan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ada 88 Orang Positif TBC di Pacitan, Anggaran Penanganannya Rp150 Juta
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |