TIMES BLITAR, JAKARTA – Gelombang kritik terhadap kebijakan pemerintah terus membanjiri media sosial X. Sepanjang Februari 2025, tagar #IndonesiaGelap mencatat lebih dari 13 juta engagement di X dan 4 juta engagement di Instagram.

Laporan terbaru dari Jangkara Data Lab, perusahaan riset digital di bawah PT Nestara Teknologi Teradata, mengungkap bahwa 81 persen komentar terkait tagar ini bersentimen negatif, dengan emosi dominan berupa kemarahan (37 persen).

Puncak percakapan warganet terjadi pada 17 dan 21 Februari 2025, bertepatan dengan aksi demonstrasi di berbagai daerah.

Menurut Khoirul Rifai, Asisten Manajer Riset Jangkara, Selasa (18/3/2025), #IndonesiaGelap mencerminkan kekecewaan publik terhadap sejumlah kebijakan pemerintah, di antaranya:

• Efisiensi anggaran yang dinilai tidak tepat sasaran.
• Pembatasan elpiji yang berdampak pada masyarakat kecil.
• Retret kepala daerah yang dianggap pemborosan.
• Pendirian Danantara, yang memicu kontroversi.

Analisis big data dengan metode Plutchik’s Wheel of Emotions menunjukkan bahwa selain kemarahan, warganet juga didominasi oleh perasaan anticipation (34 persen) dan disgust (12 persen), menandakan ketidakpuasan mendalam terhadap kondisi sosial-politik.

Lebih lanjut, percakapan terkait tagar ini 99% berasal dari akun individu, sementara akun media hanya berkontribusi 1 persen. Akun non-media @Kunti1515 menjadi yang paling aktif dengan 612 komentar, sedangkan di kategori media, @kompascom mendominasi dengan 146 komentar yang menyebut #IndonesiaGelap.

Laporan ini menggarisbawahi bahwa media sosial tetap menjadi kanal utama bagi masyarakat dalam menyuarakan kritik dan aspirasi terhadap kebijakan pemerintah. Dominasi sentimen negatif dalam #IndonesiaGelap menjadi sinyal bagi pemangku kebijakan untuk lebih responsif terhadap keresahan publik.

Tentang Jangkara

Jangkara adalah perusahaan riset digital yang berdiri sejak Maret 2021. Dengan memanfaatkan data dari Newstensity, Socindex, dan Socioscreen, Jangkara mengombinasikan analisis kuantitatif dan kualitatif untuk memberikan wawasan mendalam terkait isu sosial, politik, dan ekonomi. (*)