TIMES BLITAR, BALI – Band The King's of Revolution rintisan Ajik Nataswara di Bali malam ini diperkenalkan dalam konferensi pers launching album perdana bertajuk The King's.

Peluncuran album tersebut digelar di lantai 2 Aula Warung PePe yang berada di Kawasan Legian, Kuta dengan menghadirkan personel The King's of Revolution yang memiliki keunikan tersendiri.

The King's of Revolution merupakan bentukan band Ajik dan band Wayan Cetu yang kali ini berkolaborasi dengan nama baru dengan genre musik reggae.

Uniknya, dari 11 personel The King's of Revolution yang diperkenalkan malam ini hanya 3 orang yang masih terlihat muda sementara yang lainnya merupakan musisi senior yang sudah berumur.

"Kami merupakan musisi-musisi yang satu frekuensi sehingga feelnya sejiwa dengan lagu yang Ajik buat," jelasnya dihadapan sejumlah awak media, Jumat (8/12/2023).

Ajik menegaskan bahwa sebetulnya banyak sosok bertalenta di Bali namun alasannya memilih personelnya karena mereka merupakan musisi handal.

"Kita tidak mengejar panggung ataupun popularitas. Tapi lebih ke kita ingin berkarya di usia kita yang tidak lagi muda ini untuk bisa kita wariskan kepada anak cucu kita kelak. Pastinya, umur tidak mematikan karya dan terus berkarya," jelasnya.

Produser yang juga merangkap sebagai manager The King's of Revolution ini mengatakan bahwa dirinya tidak berorientasi pada sasaran pasar album bergenre reggae tersebut.

"Penikmat lagu kami bisa dari semua kalangan jadi kami tidak membidik kelompok manapun," cetusnya.

Ayahanda dari artis pendatang baru Jegeg Bulan ini mengaku bahwa saat ini musik tidak lagi bersaing di era digital ini karena setiap orang dapat bebas mengupload di platform manapun.

"Persaingan digital di dunia musik tidak ada yang ada adalah lucky draw dari setiap personel agar kita bisa terus menghibur dengan warna musik reggae. Jadi, kita tidak berniat bersaing tapi lebih ke bersanding untuk menghibur blantika musik Indonesia," tegasnya.

Dari satu album yang diciptakan Ajik, semuanya menjadi lagu andalan dengan 3 bahasa yaitu 6 berbahasa Bali, 4 lagu berbahasa Indonesia dan 1 lagu The King's berbahasa Inggris.

"Setiap lagu memiliki favoritnya masing-masing dan The Kings sudah mendaftarkan 11 lagu di album perdana ini ke publishing sehingga siapapun yang akan mengcover lagu kami maka siapapun itu harus melalui publishing," terangnya.

Ajik juga membocorkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan 10 lagu berbahasa Indonesia di album kedua The King's of Revolution pada Mei 2024 mendatang.

"Untuk album kedua, sasarannya adalah kancah Nasional sehingga kita gunakan bahasa Indonesia dan beberapa diantaranya berisikan kritikan sosial salah satunya bertemakan no drugs dan sebagainya untuk mengampanyekan Bali sebagai daerah pariwisata bebas dari narkoba," paparnya.

Dalam menciptakan album ini, Ajik mengaku hanya 4 bulan sampai ke rekaman karena para personil The King's of Revolution memang merupakan musisi berpengalaman yang kini turun gunung untuk meramaikan dunia musik.

Personil The King's of Revolution ini antara lain terdiri dari Ajik The King's selaku Lead Vocal, Gus Kobar sebagai Lead Guitar, Kadek Pago sebagai ass Guitar, Wayan Cetu sebagai Drummer, Gus Alit di Keyboard, Idham Noorsaid dan Judea bagian Brass, serta Pande Tresna sebagai Percussi.

"Memadukan isi kepala dari personel kami salah satunya adalah dengan menjadikan sebuah nada sebagai cerita sehingga saat berproses tidak ada kamuflase atau sentimentil karena dalam usia kami saat ini, sudah tidak ada lagi ego yang tinggi," katanya.

Ajik berharap dengan launching album perdana The King's of Revolution dapat diterima oleh pecinta musik Indonesia. (*)