TIMES BLITAR, BLITAR – Desa Rejoso di Kabupaten Blitar bertransformasi begitu cepat. Wilayah yang dulu terpinggirkan, kini seakan hidup 24 jam memacu akselerasi pertumbuhan industri dan perekonomian kawasan pesisir Blitar Selatan.
Ada perbedaan yang sangat signifikan melihat Desa Rejoso lima tahun lalu dan sekarang. Desa yang masuk wilayah Kecamatan Binangun ini dulunya dipandang sebelah mata. Selain akses kesana susah karena jalannya rusak, lokasinya yang berada di kawasan perbukitan kars Blitar Selatan seakan tak menjanjikan apapun bagi warga sekitar.
Desa ini seakan mati setelah pukul 16.00 WIB, selepas anak sekolah dan para petani kembali ke rumah. Begitupun dengan desa-desa lain di sekitarnya, yang didominasi keluarga petani dan petani penggarap. Jalanan sepi, tak ada aktifitas warga selain bunyi jangkrik memecah kesunyian.
Bagi mereka, waktu berakhir menjelang senja.
Namun sejak dibangunnya Pabrik Gula (PG) Rejoso Manis Indo (RMI) pada tahun 2019 lalu, desa ini mulai bergeliat. Nadi kehidupan warga desa ini dan sekitarnya di Kecamatan Binangun terus aktif selama 24 jam. Mereka yang semula hanya mengandalkan ladang dan pekarangan untuk mendapatkan penghasilan, kini lebih kreatif menciptakan pekerjaan baru. Selain bekerja sebagai karyawan di pabrik gula, warga juga membuka warung, rumah kost hingga toko menyediakan semua kebutuhan pekerja yang terlibat dalam operasional di pabrik gula itu.
"Alhamdulillah sangat signifikan peningkatan perekonomian warga disini dan sekitarnya. Kalau dulu hampir semua hanya jadi petani. Sekarang 70 persen usia produktif diserap sebagai pekerja di pabrik gula. Walaupun gak semua karyawan tetap, tapi mereka dapat penghasilan lain, tak hanya mengandalkan hasil panen ladang saja," kata Kades Rejoso, Wawan Aprilianto, Senin (9/12/2024).
PG RMI didirikan di Desa Rejoso Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar dengan investasi awal sekitar Rp 3,42 trilyun. Industri pengembangan komoditas gula ini telah ditetapkan sebagai obyek vital nasional yang diharapkan mampu berkontribusi secara signifikan pada upaya mencapai swasembada gula konsumsi nasional.
Investasi besar ini juga ditargetkan bisa mengembalikan Kabupaten Blitar sebagai penghasil tebu dan gula konsumsi andalan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Blitar akan merasakan manfaat, terutama dalam hal ekonomi. Multiplier effects (dampak berganda) ini akan menjadi keniscayaan dan berkah bagi masyarakat Blitar dan sekitarnya.
Data yang dihimpun dari PG RMI, sejak awal beroperasi sampai akhir tahun 2024 ini, serapan tenaga kerja telah mencapai 849 orang. Angka itu terdiri atas karyawan PG RMI sebanyak 489 orang, outsourcing sebanyak 142 orang, tenaga harian sebanyak 128 orang. Jumlah warga Blitar yang bekerja di PG RMI tersebut menempati porsi 70 persen lebih dari total pekerja. Jika menggunakan patokan gaji terendah sesuai upah minimum Kabupaten Blitar, maka setiap bulan lebih dari Rp 1,86 miliar mengalir ke hampir seribu warga Blitar tersebut dalam bentuk gaji.
Tak hanya pekerja yang terlibat langsung dalam operasional pabrik, namun sebanyak 90 UMKM juga merasakan dampak positif berdirinya pabrik gula disini. Banyaknya truk yang mengirim tebu ke PG RMI menjadi celah bagi warga sekitar terutama kaum perempuan, untuk membuka warung dan menyediakan keperluan para awak truk yang menunggu giliran setor tebu. Seperti yang tercatat pada musim giling tahun lalu, sebanyak 228.179 truk melakukan transaksi
di warung-warung dan pelaku UMKM senilai hampir Rp 11,4 miliar.
"Alhamdulillah, saya jadi ada kegiatan dan penghasilan tambahan. Kalau dulu rencana sih ke Hong Kong daripada jadi petani di kampung sini. Tapi sejak ada pabrik gula, saya bersama suami dapat berkahnya juga dengan buka warung disini," tutur Fika, ibu muda yang berusia 37 tahun ini.
Selain serapan tenaga kerja, sejak tahun 2019 hingga 2024 ini, PG RMI telah bermintra dengan 6.109 petani yang mengolah lahan seluas 75.571 hektare. Dengan luasan lahan yang tersebar di beberapa wilayah di Jatim selain Kabupaten Blitar, seperti Tulungagung sampai Probolinggo, dengan total tonase tebu yang disetorkan sebanyak 5.315.583 ton. Dengan harga rata-rata per ton tebu sebesar Rp 781.660.
Dari tahun 2019-2021, tercatat sebanyak 16.252 truk yang melakukan pengangkutan gula dan produk turunannya dari PG RMI. Produk turunan yang dimaksud adalah molase, bagasse, dan milas. Transaksi antara sopir-sopirnya dengan warung UMKM tercatat mencapai Rp 812.600.000. Sedangkan biaya pengangkutan blothong & fly ash oleh UMKM dan transportir mencapai Rp 4,58 miliar.
Perkembangan operasional pabrik gula ini kemudian mendapat dukungan infrastruktur dari pemerintah pusat dengan peningkatan kualitas jalan yang kontruksinya disesuaikan bagi truk dengan tonase besar. Kementrian PUPR menggelontorkan dana sebesar Rp 58 miliar.
Peningkatan kelas jalan sepanjang 10,5 kilometer ini menghubungkan Simpang empat Binangun, pabrik gula RMI, serta Kedungwungu-Ngembul.
Wakil Direktur Utama PT Rejoso Manis Indo Syukur Iwantoro mengapresiasi peningkatan kualitas jalan ini sebagai bentuk respon pemerintah mendorong kemajuan industri dan perekonomian di Kabupaten Blitar. Karena tidak hanya operasional angkutan pabrik yang makin lancar, namun mobilitas perekonomian masyakat sekitar juga makin tinggi.
"Pembangunan jalan ini, informasinya Insya Allah tahun depan nyambung dari Wates ke Jalur Lintas Selatan (JLS). Sehingga akan tumbuh kawasan industri. Kebetulan ada perda baru tentang rencana pengembangan kawasan industri Kabupaten Blitar. Salah satu isinya, Kecamatan Binangun ditetapkan sebagai salah satu kawasan industri. Nah akan terjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi disitu," ulas Syukur.
Dalam Perda Kabupaten Blitar nomor 2 tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Blitar 2024, terdapat tiga potensi yang dijadikan landasan. Pertama, dari indikator kesejahteraan dan angka kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Blitar, memberikan potret masyakat memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
Kedua, pertumbuhan industri yang relatif cepat dan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah untuk pengembangan agroindustri. Publikasi statistik mencatat sebaran industri besar dan IKM relatif merata hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Blitar.
"Ketiga, Kabupaten Blitar memiliki daya dukung dan daya tampung yang memadai. Dalam RTRW telah dipetakan sedemikian rupa terkait pemanfaatan lahan di Kabupaten Blitar yang sangat potensial untuk pengembangan agroindustri," pungkas Temi Sevidiana selaku Kabid Industri Disperindag Kabupaten Blitar. (*)
Pewarta | : Erliana Riady |
Editor | : Imadudin Muhammad |