Berita

Tiga Pesan Utama Memajukan Pendidikan dari Wapres dan para Tokoh di Rakernas LPTNU

Sabtu, 11 Maret 2023 - 12:01
Rakernas LPTNU, Inilah Pesan Utama Memajukan Pendidikan dari Wapres RI dan Para Tokoh Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Rabu-Jumat (8-10/3) di Medan. (FOTO: Kemenag RI for TIMES Indonesia)

TIMES BLITAR, JAKARTA – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Rabu-Jumat (8-10/3) di Medan berjalan lancar dan tuntas. Rakernas dihadiri 1.000 pimpinan, guru besar, dan civitas akademika NU se-Indonesia.

Acara ini dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Menteri Sekretaris Negara Prof. Pratikno, Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Prof. Yudian Wahyudi, serta Puluhan Direktur Jenderal, Direktur, dan Pejabat Negara.

Rakernas membahas peluang dan tantangan serta solusi untuk memajukan pendidikan. Ini sesuai tema Rakernas yakni 'Merawat Jagat, Membangun Peradaban dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi'.

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyebutkan, dengan ratusan juta kader dan santri NU tersebar di seluruh Indonesia, masalah pendidikan negeri ini bisa diselesaikan bersama-sama.

Adapun tiga pesan kunci untuk kemajuan pendidikan, dari Rakernas LPTNU adalah sebagai berikut

1. Kampus Perlu Jalin hubungan dengan Dunia Usaha atau Industri

Wakil Presiden KH.Ma'ruf Amin mendorong Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama untuk mengembangkan hubungan dan kemitraan dengan dunia usaha atau industri. Agar keduanya dapat maju bersama dengan mengembangkan sumber daya dan potensi lokal di tiap-tiap daerah lokasi PTNU.

Rakernas-2.jpg

Senada, Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menyebutkan bahwa kolaborasi dengan dunia usaha atau industri, akan mengakselerasi pengembangan Perguruan Tinggi NU. Karena keuangan negara maupun lembaga NU pastinya terbatas jika dibandingkan kebutuhan pendidikan yang sangat besar.

"Menjadi rektor itu manajer, bukan scholar (urusan akademik), dan harus memikirkan uangnya (untuk pengembangan pendidikan tinggi) itu dari mana. Ini tidak bisa didekati (diselesaikan) dengan cara-cara yang biasa. Mau tidak mau harus konsolidasi (hubungan dunia usaha atau industri dengan kampus)!," ungkap Pratikno.

2. Manfaatkan Jutaan Santri dan Diaspora Nahdlatul Ulama

Senada, Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menyebutkan bahwa kolaborasi dengan dunia usaha atau industri, akan mengakselerasi pengembangan Perguruan Tinggi NU. Karena keuangan negara maupun lembaga NU pastinya terbatas jika dibandingkan kebutuhan pendidikan yang sangat besar.

"Menjadi rektor itu manajer, bukan scholar (urusan akademik), dan harus memikirkan uangnya (untuk pengembangan pendidikan tinggi) itu dari mana. Ini tidak bisa didekati (diselesaikan) dengan cara-cara yang biasa. Mau tidak mau harus konsolidasi (hubungan dunia usaha atau industri dengan kampus)!," ungkap Pratikno.

Mereka sudah puluhan tahun berpengalaman di dunia pendidikan tinggi, serta memiliki peringkat penelitian (h-index) yang unggul.

Rakernas-3.jpg

Orang-orang ini bisa diundang pulang ke Indonesia atau pulang ke Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama, setidaknya setelah pensiun. Karena di luar negeri pada umumnya dosen sudah pensiun di usia 56 tahun. Sedangkan di Indonesia, usia pensiun dosen PNS di rentang 60 sampai 70 tahun.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf juga menyatakan bahwa banyaknya santri, diaspora, dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di bawah naungan NU perlu dipersatukan menjadi satu sistem dalam membangun kekuatan bersama sehingga dapat mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan.

“Bagaimana mengkonsolidasikan lembaga-lembaga yang ada itu menjadi satu sistem sehingga bisa bergulat sebagai kekuatan bersama, dalam mencapai sasaran-sasaran yang lebih strategis,” tegas Gus Yahya.

3. Kuasai dan Manfaatkan Kemampuan Digital

Lebih dari 400.000 mahasiswa di 2.700 kampus se-Indonesia telah mengikuti Program Kampus Merdeka yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan. Banyak di antaranya merupakan santri NU maupun mahasiswa dari Perguruan Tinggi NU, misalnya Universitas NU Surabaya dan Universitas NU Yogyakarta.

Melalui Kampus Merdeka, mereka belajar banyak hal terkait teknologi digital di perusahaan terkemuka hingga startup unicorn. Hal ini diungkapkan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim di Rakernas LPTNU.

Dampaknya, para santri peserta Kampus Merdeka secara rata-rata memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibanding alumni yang tidak mengikuti program Kampus Merdeka. Waktu tunggu untuk mencari kerjanya setelah lulus pun lebih cepat.

Pemanfaatan teknologi juga harapannya dikuasai dan dimanfaatkan untuk mengelola administrasi kampus NU. Hal ini diungkapkan Imas Maesaroh PhD, Kepala TIPD UIN Sunan Ampel Surabaya (2018-2022) sekaligus Peneliti SEVIMA Platform, di Pameran Rakernas.

Menurutnya, ada berbagai tantangan Pendidikan Tinggi yang dihadapi, seperti meraih akreditasi himgga mencari mahasiswa baru. Teknologi bisa menyelesaikan masalah ini.

"Disebutkan dalam QS Ar-Rahman Ayat 33, inis tata'tum an tanfuzuu min aqtaaris samaawaati wal ardi fanfuzuu (jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka tembuslah). Sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi, untuk menembus langit di abad kedua NU," pungkas Imas dari Rakernas LPTNU(*)

Pewarta : Sholihin Nur
Editor : Imam Kusnin Ahmad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Blitar just now

Welcome to TIMES Blitar

TIMES Blitar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.